Eucheuma cotonii merupakan jenis rumput laut yang banyak
dibudidayakan di pulau Seribu. Jenis rumput laut ini dapat dikonsumsi
sebagai minuman es rumput laut dan karaginan. Karaginan banyak digunakan
pada sediaan makanan, sediaan farmasi dan kosmetik sebagai bahan
pembuat gel, pengental atau penstabil (Nehen, 1987).
Rumput laut merupakan jenis tumbuhan tingkat rendah yang belum
memiliki akar, batang, dan daun sejati. Keseluruhan dari tanaman ini
merupakan batang yang dikenal dengan sebutan thallus, bentuk thallus
rumput laut ada bermacam-macam ada yang bulat seperti tabung, pipih,
gepeng, bulat seperti kantong, rambut dan lain sebagainya. Thallus ini
ada yang tersusun hanya oleh satu sel (uniseluler) atau banyak sel
(multiseluler).
Percabangan thallus ada yang thallus dichotomus (dua-dua terus
menerus), pinate (dua-dua berlawanan sepanjang thallus utama), pectinate
(berderet searah pada satu sisi thallus utama) dan ada juga yang
sederhana tidak bercabang. Sifat substansi thallus juga beraneka ragam
ada yang lunak seperti gelatin (gelatinous), keras diliputi atau
mengandung zat kapur (calcareous}, lunak bagaikan tulang rawan
(cartilagenous), berserabut (spongeous) dan sebagainya (Soegiarto et al,
1978).
Eucheuma cottonii
Eucheuma cotonii merupakan jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan
di pulau Seribu. Jenis rumput laut ini dapat dikonsumsi sebagai minuman
es rumput laut dan karaginan. Karaginan banyak digunakan pada sediaan
makanan, sediaan farmasi dan kosmetik sebagai bahan pembuat gel,
pengental atau penstabil (Nehen, 1987). Secara taksonomi rumput laut
jenis Eucheuma cottonii dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
- Divisio : Rhodophyta
- Kelas : Rhodophyceae
- Ordo : Gigartinales
- Famili : Solieriaceae
- Genus : Eucheuma
- Spesies : Eucheuma cottonii
- (Dawes dalam Kadi dan Atmadja, 1988)
Rumput laut merupakan ganggang yang hidup di laut dan tergolong dalam divisio thallophyta.
Eucheuma cottonii dapat dibedakan dari thallusnya. Pada Eucheuma
cottonii, thallusnya bercabang-cabang berbentuk silindris atau pipih,
percabangannya tidak teratur dan kasar (sehingga merupakan lingkaran)
karena ditumbuhi oleh nodulla atau spine untuk melindungi gametan.
Ujungnya runcing atau tumpul berwarna coklat ungu atau hijau kuning.
Spina Eucheuma cottonii tidak teratur menutupi thallus dan
cabang-cabangnya. Permukaan licin, cartilaginous, warna hijau, hijau
kuning, abau-abu atau merah. Penampakan thallus bervariasi dari bentuk
sederhana sampai kompleks (Ditjenkan Budidaya, 2004).
Pertumbuhan Rumput Laut
Pertumbuhan rumput laut sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang berpengaruh
antara lain jenis, galur, bagian thalus dan umur. Sedangkan faktor
eksternal yang berpengaruh antara lain keadaan fisik dan kimiawi
perairan. Namun demikian selain faktor-faktor tersebut ada faktor lain
yang sangat menentukan keberhasilan pertumbuhan dari rumput laut yaitu
pengelolaan yang dilakukan oleh manusia.
Faktor pengelolaan yang harus diperhatikan seperti substrat perairan
dan juga jarak tanam bibit dalam satu rakit apung (Syaputra, 2005).
Menurut Puslitbangkan (1991), laju pertumbuhan rumput laut yang dianggap
cukup menguntungkan adalah diatas 3% pertambahan berat per hari.
Menurut Soegiarto et al, (1978), laju pertumbuhan rumput laut berkisar
antara 2-3% per hari. Pada kedalaman tidak terjangkau cahaya matahari,
maka rumput laut tidak dapat tumbuh. Demikian pula iklim, letak
geografis dan faktor oseanografi sangat menentukan pertumbuhan rumput
laut.
Source:
http://risnotes.com/2012/01/mengenal-rumput-laut-jenis-eucheuma-cottonii/#ixzz2JtKrOBqz
.
Makalah penghasil karagenan dan macam-macam rumput laut
Rumput laut atau sea weeds secara ilmiah dikenal dengan istilah alga
atau ganggang. rumput laut termasuk salah satu anggota alga yang
merupakan tumbuhan berklorofil. Dilihat dari ukurannya, rumput laut
terdiri dari jenis mikroskopik dan makroskopik. Jenis makroskopik inilah
yang sehari-hari kita kenal sebagai rumput laut.
Istilah `rumput Laut’ sebenarnya tidak tepat karena secara botani
alga tidak termasuk golongan rumput-rumputan (graminae). Istilah lain
yaitu agar-agar, merupakan sebutan untuk jenis alga berdasarkan
kandungan kimianya. Di perairan pantai Pulau Jawa, yang disebut agar
atau ager adalah jenis Gracilaria verrucosa yang memang mengandung agar.
agar-agar. Rumput laut juga bisa dimakan sebagai sayuran. Lebih dari 50
spesies rumput laut Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai sayuran.
Jenis rumput laut yang sudah diolah menjadi agar-agar di antaranya
Gracdaria sp. dan Gelidium sp. Beberapa negara yang sudah melakukan
pengolahan rumput laut menjadi agar-agar adalah Jepang, Amerika, New
Zealand, Australia, dan Indonesia. Namun, agar-agar di Indonesia masih
dalam bentuk lembaran, batang, dan bubuk. Produksi agar-agar di
Indonesia hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang digunakan
sebagai makanan. Sampai saat ini, Indonesia masih mengimpor agar-agar
dari negara lain.
Selain jenis rumput laut penghasil agar-agar, terdapat jenis lain
yang cukup potensial dan banyak dijumpai di perairan Indonesia yaitu
Eucheuma sp. yang dapat menghasilkan karaginan dan dapat dimanfaatkan
untuk berbagai kegunaan. Karaginan dan agar-agar dapat dihasilkan dari
ganggang merah (Rhodophyceae), sedangkan alginat dapat dihasilkan dari
ganggang cokelat jenis Sargassum.
Jumlah rumput laut jenis ini sangat sedikit di Indonesia, sedangkan
kebutuhan alginat cukup banyak. Ekspedisi Laut Siboga (1899-1900) telah
mengidentifikasi 555 jenis rumput laut yang tumbuh di perairan laut
Indonesia (Van Bosse, 1928). Dari jenis rumput laut yang tersebar di
perairan pantai telah dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir sebanyak 23
jenis untuk sayuran dan makanan (Heyne, 1922). Zaneveld (1955) telah
mencatat 56 jenis rumput laut yang dimanfaatkan sebagai makanan dan
obat-obatan.
TAKSONOMI RUMPUT LAUT
Dalam taksonomi, ganggang atau alga termasuk ke dalam filum Thallophyta
yang terbagi menjadi tujuh divisi yaitu Euglenophyta, Chlorophyta,
Chrysophyta, Phaeophyta, Rhodophyta, Pyrrophyta, dan Cyanophyta. Ciri
dari filum ini adalah tidak mempunyai akar, batang, dan daun sejati.
Alat reproduksi terdiri dari satu sel. Zigot yang merupakan hasil
pembuahan sel betina oleh sel jantan hanya akan tumbuh setelah keluar
dari alat kelamin betina. Dari ketujuh divisi ini, yang terpenting dalam
dunia perdagangan adalah Rhodophyta.
MORFOLOGI RUMPUT LAUT
Seluruh bagian tanaman yang dapat menyerupai akar, batang, daun, atau
buah, semuanya disebut talus. Bentuk talus ini beragam, ada yang bulat
seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, atau ada juga yang
seperti rambut. Susunan talus terdiri dari satu sel dan banyak sel.
Percabangan talus ada yang dichotomous (dua-dua terus-menerus),
pinnate (dua-dua berlawanan sepanjang talus utama), pectinate (berderet
searah pada satu sisi talus utama), ferticillate (berpusat melingkari
aksis atau batang utama), dan yang sederhana tanpa percabangan. Sifat
substansi talus juga bervariasi, ada yang gelatinous (lunak seperti
gelatin), calcareous (keras diliputi atau mengandung zat kapur),
cartilagenous (seperti tulang rawan), dan spongious (berserabut). Semua
sifat talus itu membantu dalam pengenalan jenis atau pengklasifikasian
spesies.
REPRODUKSI RUMPUT LAUT
Perkembangbiakan rumput laut pada dasarnya ada dua macam yaitu secara
kawin dan tidak kawin. Pada perkembangbiakan secara kawin, gametofit
jantan melalui pori spermatangia akan menghasilkan sel jantan yang
disebut spermatia. Spermatia ini akan membuahi sel betina pada cabang
carpogonia dari gametofit betina. Hasil pembuahan ini akan keluar
sebagai carpospora. Setelah terjadi proses germinasi akan tumbuh menjadi
tanaman yang tidak beralat kelamin atau disebut sporofit.
Perkembangbiakan dengan cara tidak kawin terdiri dari penyebaran
tetraspora, vegetatif, dan konjugatif. Sporofit dewasa menghasilkan
spora yang disebut tetraspora yang sesudah proses germinasi tumbuh
menjadi tanaman beralat kelamin, yaitu gametofit jantan dan gametofit
betina. Perkembangbiakan secara vegetatif adalah dengan cara setek.
Potongan seluruh bagian dari talus akan membentuk percabangan baru dan
tumbuh berkembang menjadi tanaman biasa. Konjugasi merupakan proses
peleburan dinding sel dan percampuran protoplasma antara dua thally.
JENIS RUMPUT LAUT
Berdasar pigmen (zat warna) yang dikandungnya, alga atau ganggang
dikelompokkan menjadi empat kelas, yaitu Rhodophyceae (ganggang merah),
Phaeophyceae (ganggang cokelat), Chlorophyceae (ganggang hijau), dan
Cyanophyceae (ganggang biru). Rumput laut termasuk dalam jenis ganggang
cokelat dan ganggang merah. Alga cokelat hidup di perairan yang dingin,
sedangkan alga merah hidup di daerah tropis. Alga hijau dan alga biru
banyak hidup dan berkembang di air tawar. Namun, jenis ini kurang
mempunyai arti sebagai bahan makanan. Sebaliknya, alga cokelat dan alga
merah cukup penting sebagai bahan pangan dan non-pangan.
Alga mempunyai bentuk yang beragam seperti benang atau tumbuhan
tinggi. Ciri utamanya, tidak mempunyai akar, batang, daun, dan dinding
selnya dilapisi lendir. Pertumbuhan rumput laut sangat tergantung pada
sinar matahari untuk melakukan proses fotosintesis.
Pengelompokan rumput laut menurut perbedaan warna tersebut adalah didasarkan atas perbedaan kandungan pigmennya.
Rumput laut kelompok merah memiliki pigmen dominan fikoeretrin
(phycoerethrin) dan fikosianin (phycocyanin) yang menimbulkan warna
merah, walaupun pada kenyataannya di alam menunnjukkan variasi warna
lain seperti hijau, ungu dan coklat tua karena sifat adaptik
kromatiknya. Sebagai indikasi bahwa itu adalah rumput- laut merah, yaitu
apabila terjemur sinar matahari akan tampak berubah warna asalnya
menjadi merah-ungu, kemudian menjadi putih karena kehilangan pigmennya.
Pigmen yang dominan pada rumput laut kelompok coklat adalah fucoxantin,
sedangkan pigmen yang dominan pada rumput laut kelompok hijau adalah
klorofil (Chlorophyl) b.
Beberapa jenis rumput laut yang terdapat di Indonesia dan memiliki nilai ekonomi tinggi sebagai berikut.
1. Rumput laut penghasil agar-agar (agarophyte), yaitu Gracilaria,
Gelidium, Gelidiopsis, dan Hypnea. rumput laut penghasil agar (senyawa
polisakarida sulfat bersifat koloid) yang biasa disebut agarofit antara
lain Gracilaria (rambu kasang) dan Gelidium (kades).
2. Rumput laut penghasil karaginan (carragenophyte), yaitu Eucheuma
spinosum, Eucheuma cottonii, dan Eucheuma striatum. Eucheuma (agar-agar
kasar, agar-agar patah tulang) dan Kappaphycus (cottonii) adalah
termasuk kelompok penghasil karaginan (berupa garam sodium, kalsium dan
potasium dari senyawa polisakarida sulfat asam karaginat) yang disebut
karaginofit
3. Rumput laut penghasil algin, yaitu Sargasum dan Turbinaria.(garam
kalsium, kalium, natrium dan magnesium dari senyawa polisakarida asam
alginik), termasuk ke dalamnya antara lain Sargassum (oseng) dan
Turbinaria.
Dari ratus-an jenis rumput laut yang ada di Indonesia, banyak di
antaranya yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam kebutuhan, antara
lain sebagai bahan makanan dan sayuran. Pemanfaatan lain adalah sebagai
bahan mentah untuk industri penghasil agar, karaginan dan alginat yang
diperlukan untuk bahan tambahan dalam pengolahan makanan, minuman,
farmasi, kosmetika dan tekstil di dalam dan luar negeri.
Kandungan kimia lain yang penting terdapat dalam rumput laut selain
karbohidrat yang berupa polisakarida seperti agar, karaginan dan alginat
juga terdapat mineral, protein, lemak, vitamin dan yodium. Secara tidak
disadari bahwa sebenarnya manfaat dan peran rumput laut ini telah ada
pada kehidupan kita sehari-hari.
Kita berhias dengan minyak rambut, berkeramas dengan shampoo,
bergosok gigi dengan odol, menikmati eskrim dan coklat, berdandan dengan
baju yang bermotif warna-warni dan menyemir sepatu , kesemua bahan yang
kita pergunakan tersebut sedikit banyak mengandung campuran rumput laut
antara lain berupa agar, karaginan dan alginate.
Ada juga nama rumput laut yang telah populer dalam dunia perdagangan
internasional, misalnya “cottonii” untuk sebutan rumput laut yang nama
ilmiahnya Kappaphycus dan nori untuk rumput laut Porphyra dari Jepang.
http://virgiforestin.blogspot.com/2011/12/makalah-penghasil-karagenan-dan-macam.html